Minggu, 28 Desember 2008

SOSIALISASI

1. Proses Belajar Sosial
Proses sosialisasi merupakan satu-satunya objek penelitian sosiologi pendidikan dan pengembangan sosiologi pendidikan yang penting. Pengertian sosialisasi dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Proses Belajar → Proses akomodasi yang mana individu menahan, mengubah impuls-impuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan masyarakatnya
b. Dalam proses sosialisasi itu individu mempelajari kebiasaan, sikap-sikap dan ide pola dna nilai serta standar tingkah laku dalam masyarakat dimana dia hidup
c. Semua sifat dan kecakapan yang dipelejari dalam proses sosialiasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatua ndalam diri pribadinya.

Perkembanga nsosial manusia mempunyai dua aspek :
- Proses belajar sosial (process of learning) atau proses sosialisasi
- Proses pembentukan kesetiaan sosial (formation of sosial loyalitas)
Proses belajar sosial disebut pula sosialisasi. Ada dua dasar proses sosialisasi manusia, yaitu :
- Sifat tergantung manusia kepada manusia lain
- Sifat adaptabilitas dan intelegensi manusia

Metode yang digunakan dalam mempengaruhi proses sosialisai anak dapat digolongkan dalam 3 kategori :
- Metode ganjaran
- Metode hukuman
- Metode pmberian contoh

2. Pembentukan Loyalitas sosial
Perkembangan kesetian sosial bersumbe rpada partisipasi sosial, komunikasi dan kerjasama individu dalam kheidupan kelompok. Karen abantuan orang sekitarnya dalam diri anak tumbuh perasaan kemesraan dan afeksi. Perasaan tersebut menimbulkan ikatan sosial anak dengan orang-orang tersebut dengan demikian berkembanglah kesetiaan sosial anak kepada orang-orang yang ada disekitarnya.
Perkembangan kesetiaan sosial mengikuti pola-pola sebagai berikut :
- kerjasama menimbulkan kepuasan
- dari kepuasan itu timbullah kesetiaan sosial
- dari bentuk-bentuk kesetiaan sosial berkembang menjadi lebih komplex kepada kelompok besar

Kesetiaan sosial itu bermula terbatas pada kelompok primer seperti keluarga, kelompok sebaya, sekolah dsb yaitu kelompok yang anggotanya berinteraksi secara langsung dan face to face. Makin dewasa seorang berkembanglah padanya kesetiaan sosial, kepada kelompok sekunder juga seperti kelompok pekerjaan, kelompok agama, perkumpulan bangsa. Kesetiaan sosial kepada kelompok sekunder ini merupakan perkembangan dan perluasan kesetiaan sosial kepada kelompok primer.


3. Tingkah Laku Kelompok
Perkembangan sosial anak terjadi melalui interaksi sosial dengan orang disekitarnya, baik orang dewasa waupun teman sebaya. Terhadap pengaruh orang dewasa pada umunya anak bersifat patuh, menerima dan percaya yang disebut dengan “morality of constraint” sebaliknya “morality of cooperation” dipelajari oleh anak melalui pergaulannya dengan teman sebaya.
Perkembangan sosial melalui kelompok ini terjaid karena partisipasi dan peranan sosial anak dalam kelompok sebaya. Perkembangan tingkah laku ini terjadi melalui tahap-tahap permainan. Di tahap ini tidak selalu berarti fase yang berurutan melainkan dapat pula bersamaan :
- Tahap permainan solider, pad atahap ini anak bermain sendiri atua memperlakukan teman sebaya sebagai benda, pertengkaran merupakan ciri utama interaksi pada tahap ini
- Pada usia 2 tahun berkembanglah permainan semi solider atau permainan paralel. Pada tahap ini anak bermain sendiri meskipun ada teman-teman disektiar
- Pada usia 3-4 tahun berkembanglah permainan kooperatif. Inilah permulaan kegiatan kelompok kecil yang terdiri atas 2-3 atau lebih anak yan gmelaku kegiatan bersama
- Pada usia 3-5 tahun fase permainan khayal berkembang. Apda fase ini anak menirukan pernana sebagai guru, dokter, supir dsb. Dalam permainan peranan
- Perkembangan selanjtunya adalah munculnya permainan kelompok yang lbeih teratur. Fase ini merupakan perkembangan lebih lanjut
- Pada usia 10-14 tahun berkembanglah permainan tim yang lebih terorganisasi
- Setelah anak menginjak dewasa/ fase puberitas keanggotaannya bersifat homogen berdasarkan atas persamaan minat
























SOSIOLOGI PENDIDIKAN


1. Arti Sosiologi Pendidikan
Sosiologi pendidikan merupakan campuran bahan dari pendidikan sosiologi. Menurut ruang lingkupnya atau menurut objek yang dipelajari ilmu pengetahuan dikelompokkan menjadi 3 yaitu IPA, IPS dan Ilmu Pengetahuan Kerohanian (IPK). Sosiologi termasuk ke dalam IPS. Sosiologi dibedakan dalam 2 macam yaitu :
- Sosiologi Umum → ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial secara umum
- Sosiologi khusus → sosiologi yan gmempelajari struktur sosial dan proses sosial dari suatu kehidupan bersama manusia secara khsusu dan mendalam

Jadi sosiologi pendidikan merupakan kelompok sosiologi khusus yang artinya ilmu yang mempelajari struktur-struktur proses sosial dari pendidikan.

2. Perkembangannya
a. Latar Belakang Timbulnya Sosiologi Pendidikan
Pada abad ke-19 pendidikan lebih berorientasi pada pengembangan anak secara individual karen apada zaman tersebut aspek sosial dari pribadi anak tidak dapat perhatian untuk dikembangkan. Pada akhir abad ke-19 orang mulai menyadari pentingnya pendidikan berorientasi pada pendekatan sosial dan ahli sosiology mengembangkan gagasan untuk memecahkan masalah pendidikan, dari hal ini lahirlah disiplin ilmu yang disebut sosiologi pendidikan.
b. Sejarah perkembangan sosiologi pendidikan
Menurut urutan kronologi, perkembangan sosiologi pendidikan yaitu :
- Lester F. Word → orang pertama kali mengajukan gagasan tentan gsosiologi pendidikan
- Dalam arti formal pelopor studi baru tersebut yaitu John Dewey dari USA
- Tahun 1910 Kuliah Sosiologi Pendidikan pertama kali diberikan oleh Henry Suzzallo
- Tahun 1916 Universitas New York dan Columbia mendirikan Jurusan Sosiologi Pendidikan
- Tahun 1917 terbit Buku Sosiologi Pendidikan oleh Walter R. Smith
- Tahun 1923 dibentuklah himpunan studi sosiologi pendidikan
- Tahun 1928 terbitlah majalah sosiologi pendidikan “the Journal of Educational Sociology”
Tentang sejarah singkat di Indonesia :
- Tahun 1967 pertama kalinya dicantumkan dalam kurikulum jurusan didaktik kurikulum FIP IKIP Yogyakarta
- Tahun 1974 Sosiologi Pendidikan dicantumkan dalam kurikulum semua jurusan FIP IKIP Yogyakarta
- Mulai 1980 Sosiologi Pendidikan mulai berkembang di IKIP Yogyakarta

3. Berbagai Defenisi
a. Menurut E. George Payne
→ ilmu yang melukiskan dan menerangkan tentang lembaga sosial, kelompok sosial dan proses sosial
b. Menurut F. G Robins
→ Sosiologi khusus yang bertugas menyelediki struktur dan dinamika proses pendidikan
c. Menurut HP. Farrchild
→ Sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental

4. Fungsi Sosiologi Pendidikan
Yaitu :
- Sosiologi pendidikan sebagai analitis proses sosialisasi
- Sosiologi pendidikan sebagai analitis kedudukan pendidikan dalam masyarakat
- Sosiologi pendidikan sebagai analitis interaksi sosial sekolah dan husemas
- Sosiologi pendidikan sebagai alat kemajuan dan perkemabngan sosial
- Sosiologi pendidikan sebagai sosiologi terapan
- Sosiologi pendidikan sebagai latihan bagi petugas pendidikan




5. Ruang Lingkup Kajian
Sasaran pokok sosiologi pendidikan adalah proses interaksi, proses hubungan timbal balik antara individu dengan lingkungan yang mempengaruhi perkembangan pribadi anak.
Para ahli menegaskan ruang lingkup sosiologi pendidikan yaitu :
- David Snedden, CC Peter, F.E Bolton, J.E Corvally yang menitik beratkan pandangan pendidikan dari pandangan sosiologinya
- EG Payne, H. Zourgbough, LA. Cool, JS Roucek dan L.D Zeleny yang menjadi pusat perhatian mereka adalah :
o memberi dan meletakkan dasar pengertian sosiologi cultural dalam pendidikan
o Menekankan orientasi sekolah masyarkat bagi usaha-usaha pendidikan
o Memperhatikan peranan faktor-faktor dalam masyarakat





















PROSES SOSIAL


1. Manusia sebagai makhluk sosial
Manusia adalah makhluk sosial disamping makhluk pribadi, sejak darikandungan itu bayi sudah membutuhkan bantuan orang lain, untuk memenuhi kebutuhan biologisnya yaitu makan dan minum.Gerungan (1978:28) mengatakan pada dasarnya pribadi manusia tidak sanggup diri tanpa lingkungan psikis atau rohaniahnya walaupun secara biologis-fisiologi ia mungkin dapat mempertahankan dirinya dapat tingkat kehidupan vegeratif.
Keperibadian manusia berkembang melalui interaksi dengan manusia lain. Manusia akan melihat pandangan, nilai dan prinsip hidup, pada tingkah laku orang lain yang berbeda dari dirinya dan dari perbedaan itu dia akan memperoleh umpan balik tentan gdirinya. Dengan kat alain manusi amengalami proses belajar melalui interaksi sosialnya. Hasil belajar ini tentu berbeda-beda dengan kemampuan manusia itu sendiri dan keadaan lingkungannya.
Manusia sebagai makhluk sosial adalah manusia yang di dalam hidupnya membutuhkan dan hanya dapat berkembang sepenuhnya apabila ia hidup dengna manusia lainnya.

2. Interaksi Sosial
Masyarakat dapat kita pelajari dari sudut bentuknya mmaupun dari fungsi masyarakat. Kalau masyarakat dari sudu tbentuknya maka yang dibicarakan adalah group, organisasi dan golongan lain yang ada di masyarakat. Sedangkan kalau mempelajari bekerjannya/ bergeraknya masyarakat maka yang dipelejari adalah proses sosial.
Dengan proses sosial dimaksud cara-cara interaksi (aksi-reaksi) yang dapat diamati apabila individu dan kelompok bertemu dan mengadakan sistem perhubungan maka akan terjadi proses sosial. Proses ini dapat terjadi antara orang dengan orang lain, orang dengan kelompok dan antara kelompok dengan kelompok. Artinya yang satu memberikan dorongan kepada orang lain yang dibalas dengan reaksi secara timbal balik. Interaksi sosial adalah pengaruh timbal balik antara individu dengan golongan di dalam usaha mereka untuk memecahkan persoalan yang dihadapi dan usaha mencapai tujuannya.
3. Syarat-syarat Interaksi Sosial
a. Melibatkan dalam sejumlah orang, misalnya :
- Seseorang dengan seseorang
- Seseorang dengan group atau kelompok
- Kelompok dengan kelompok
b. Adanya tingkat keintiman
c. Adanya proses sosial → berbentuk positif maupun negatif
yang berbentuk positif dinamakan integrasi atau asosiatif proses yaitu proses menyatukan, sedangkan yang negatif dinamakan disintegratif atau disaosiatif proses yaitu proses yang memisahkan.
Yang termasuk ke dalam proses menyatukan :
- cooperation
- consensu
- asimilation
Yang termasuk ke dalam proses memisahkan :
- conflict
- competisi

















MODEL-MODEL ANALISIS SOSIOLOGI PENDIDIKAN


1. Model Fungsional
Model fungsional dikenal juga sebagai analisis model konsesus atau model keseimbangan memusatkan perhatian pada integrasi sosial serta stabilitas sosial dan konsensus akan nilai-nilai. Munculnya sosiologi pendidikan sebagai disiplin baru telah dirintis oleh seoran gahli pendidikan terkenal dari Preancis bernama Emile Dorghaim. Beliaulah yang menyatakan nilai-nilai dasar-dasar pemikiran tentan gteori struktural fungsional. Menrutu Dourgheim (1858-1917) masyarakat dianggap sebagai suatu organisme besar yang tersusun dan bagian-bagian yang masing-masing memiliki kedudukan, peranan serta fungsi.
Dalam hubungannya dengan pola-pola yang terjadi di dalam masayarkat dikatakan bahw apendidikan melibatkan 2 generasi yaitu generasi dewasa dan generasi anak-anak. Pemikiran Dourgheim menjadi lebih terkenal setelah dikembangkan oleh sosiologi terkemuka Amerika Talcots Persons. Para penganut strukturan fungsional memandang bahwa masyarakat memiliki struktural tertentu dimana cara kerja diatur oleh pola interaksi yang menggunakan norma-norma tertentu.

2. Model Micro
Tujuan pendekatan micro yaitu melukiskan kehidupan yang nyata sehari-hari di sekolah, berupa interaksi antara berbagai komponen manusia yang terlibat dalam proses pendidikan.
Pendekatan micro meliputi beberapa macam, salah satunya yang cukup penting adalah interaksi simbolik yang didasari leh karya George Herbermeau (1863-1931). Model ini memandang kelompok dalam hal ini kelas yang terdiri dari sejumlah orang yang berinteraksi. Dalam berinteraksi ini diproses komunikasi dengan menggunakan simbol-simbol berlangsung terutama antara guru-guru dan murid. Simbol itu dapat berupa isyarat bahasa atau benda. Asumsi pokok yang diterapkan disini adalah bahwa dalam berkomunikasi orang tidak pereaksi terhadap perangsang atau stimulus yang diterima melainkan terhadap makna yang ada di dalamnya.



3. Model Makro
Pendekatan makro berhasil memberikan gambaran umum mengenai kaitan pendidikan sebagai institusi-institusi kehidupan lain. Akan tetapi pendidikan ini tidak berhasil dalam menerangkan kreativitas dan kemandirian individu-individu bahakan seringkali dituduh mengabaikannya. Pendekatan makro juga tidak menggambarkan kekayaan dan kekomplekkan kehidupan manusia dan realita kehidupan di sekolah.
Pendekatan makro membahas hubungan antara pendidikan dengan institusi lain seperti hubungan antara pendidikan dengan sistem ekonomi, agama, politik dan stratifikasi sosial.

4. Model Teori Konflik
Model teori konfli menggunakan prinsi koersi untuk mendorong melakukan perubahan di dalam sistem. Yang menjadi fokus perhatian penganut model konflik adalah pertentangan kepentingan dominasi, pemaksaan dan perubahan.
Penganut model konflik melihat bahwa pada setiap masyarakat selalu ada sekolompok kecil manusia yang mendominasi kelompok mayoritas. Penganut teori konflik ini yakin bahwa setiap golongan yang didominasi golongan lain akan berusaha membebaskan diri dari dominasi tersebut.

5. Model Lain/ Teori Baru Dalam Sosiologi Pendidikan
Oleh karabel cara kerja mereka disebut “atheoritical, pragmatic, descaptive policy focused”. Pokok-pokok yang dipersoalkan yaitu tentang seleksi calon murid, materi pengajaran yang tidak sesuai dengan kepentingan dan tingkat perkembangan belajar, disiplin guru, metode-metode belajar yang kurang baik dsb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar